Rabu, 12 November 2014

[ARTIKEL] IMAN

Suasana Muharram yang mengingatkan kita akan hijrah Rasulullah. Sedangkan bagi kita semua, hijrah itu sendiri bahkan bisa bermakna ganda, yaitu berpindah menuju tempat tertentu, atau berpindah menuju keadaan yang lebih baik. Untuk itu, kita akan membahas sedikit tentang iman kali ini.

Iman. Seberapa besar sih iman kita kepada ALLAH? Apakah ALLAH benar-benar sudah menjadi satu-nya bagi kita? Sudahkah kita benar-benar memiliki ALLAH di setiap hari kita? Retoris memang, namun hal seperti ini terkadang belum benar-benar kita terapkan dalam keseharian kita. Misalnya, jika kita mengalami kesulitan apakah kita benar-benar menuju ALLAH dulu? Atau kita cenderung meminta tolong kepada manusia dulu? Kebanyakan dari kita langsung meminta bantuan kepada manusia. Oleh karena itu, seringkali kita merasa kecewa jika terjadi sesuatu yang tidak kita harapkan. Artinya, kita kecewa karena kita berharap pada manusia. Padahal kita memiliki ALLAH Yang Maha Baik, Maha Hebat. ALLAH tidak pernah mengecewakan hamba-NYA.  Jadi, yang seharusnya kita lakukan jika mengalami kesulitan adalah berdo’a. Meminta hanya kepada ALLAH.

Mintalah, maka ALLAH akan memberi kemudahan. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah 5-6). ALLAH sudah berjanji bahwa setiap kesulitan ada kemudahan. ALLAH sangat sabar menunggu kita datang pada-NYA, mengadu kepada-NYA, meminta kemudahan. Hanya saja, kita yang tidak terlalu sabar untuk sekadar berdo’a. Padahal sejatinya setiap manusia diciptakan oleh-NYA. ALLAH yang menggerakkan hati manusia. Logikanya, bukankah akan lebih efektif jika meminta bantuan langsung kepada Sang Pemilik dibanding kepada manusia?

Di dalam do’a setelah sholat dhuha, terdapat kalimat “Yaa ALLAH, bahwasanya waktu dhuha adalah waktu-MU, kecantikan adalah kecantikan-MU, keindahan adalah keindahan-MU, kekuatan adalah kekuatan-MU, kekuasaan adalah kekuasaan-MU, dan perlindungan adalah perlindungan-MU...” Dari do’a ini kita diajarkan bahwasanya setiap yang ada di dunia adalah milik-NYA. Oleh karena itu akan lebih pantas jika kita meminta hanya kepada-NYA.

Berdo’alah dengan iman yang terpatri di dalam hati. Jangan sampai ada setitikpun keraguan atas ALLAH. Percaya saja. Lakukan perintah-NYA. Sami’na wa atha’na. Percaya saja bahwa ALLAH akan memberikan kemudahan kepada kita melalui tangan-tangan ajaib-NYA. Cara-cara ALLAH tentu saja terlalu istimewa untuk dapat kita pikirkan bagaimana terjadinya. Oleh karena itu, sami’na wa atha’na saja. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku yaaa. Sabar, tawakkal, ikhtiar tidak boleh dilepaskan begitu saja.

Contohnya, ada sebuah hadist sebagai berikut: “Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: ‘Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat kalian?’ Para sahabat berkata, ‘Tentu wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda, ‘Menyempurnakan wudhu di saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, itu yang namanya ribath (mencurahkan diri dalam ketaatan).


Suatu ketika seorang pengangguran mendengar hadist tersebut dan tergerak hatinya untuk menjalankan apa yang ALLAH perintahkan dalam hadist tersebut, yaitu melangkah ke masjid. Setiap hari ia berjalan ke masjid dan shalat berjamaah. Ia tidak banyak berpikir bagaimana caranya ALLAH akan mengangkat derajatnya, ia hanya percaya akan janji ALLAH. Suatu ketika salah satu jamaah masjid yang ia datangi menawarkan pekerjaan kepadanya menjadi supir pribadi. Tak hanya sampai disitu, ia juga dibiayai untuk sekolah akuntansi. Alhasil, beberapa tahun kemudian si pengangguran itu bekerja di instansi pemerintah dan menjadi PNS. Betapa ALLAH selalu menepati janji-NYA. 

0 komentar:

Posting Komentar