Suasana Muharram yang
mengingatkan kita akan hijrah Rasulullah. Sedangkan bagi kita semua, hijrah itu
sendiri bahkan bisa bermakna ganda, yaitu berpindah menuju tempat tertentu,
atau berpindah menuju keadaan yang lebih baik. Untuk itu, kita akan membahas
sedikit tentang iman kali ini.
Iman.
Seberapa besar sih iman kita kepada ALLAH? Apakah ALLAH benar-benar sudah
menjadi satu-nya bagi kita? Sudahkah kita benar-benar memiliki ALLAH di setiap
hari kita? Retoris memang, namun hal seperti ini terkadang belum benar-benar
kita terapkan dalam keseharian kita. Misalnya, jika kita mengalami kesulitan
apakah kita benar-benar menuju ALLAH dulu? Atau kita cenderung meminta tolong
kepada manusia dulu? Kebanyakan dari kita langsung meminta bantuan kepada
manusia. Oleh karena itu, seringkali kita merasa kecewa jika terjadi sesuatu
yang tidak kita harapkan. Artinya, kita kecewa karena kita berharap pada
manusia. Padahal kita memiliki ALLAH Yang Maha Baik, Maha Hebat. ALLAH tidak
pernah mengecewakan hamba-NYA. Jadi,
yang seharusnya kita lakukan jika mengalami kesulitan adalah berdo’a. Meminta
hanya kepada ALLAH.
Mintalah,
maka ALLAH akan memberi kemudahan. “Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah 5-6). ALLAH sudah berjanji
bahwa setiap kesulitan ada kemudahan. ALLAH sangat sabar menunggu kita datang
pada-NYA, mengadu kepada-NYA, meminta kemudahan. Hanya saja, kita yang tidak
terlalu sabar untuk sekadar berdo’a. Padahal sejatinya setiap manusia
diciptakan oleh-NYA. ALLAH yang menggerakkan hati manusia. Logikanya, bukankah akan lebih efektif jika meminta
bantuan langsung kepada Sang Pemilik dibanding kepada manusia?
Di
dalam do’a setelah sholat dhuha, terdapat kalimat “Yaa ALLAH, bahwasanya waktu
dhuha adalah waktu-MU, kecantikan adalah kecantikan-MU, keindahan adalah
keindahan-MU, kekuatan adalah kekuatan-MU, kekuasaan adalah kekuasaan-MU, dan
perlindungan adalah perlindungan-MU...” Dari do’a ini kita diajarkan bahwasanya
setiap yang ada di dunia adalah milik-NYA. Oleh karena itu akan lebih pantas
jika kita meminta hanya kepada-NYA.
Berdo’alah
dengan iman yang terpatri di dalam hati. Jangan sampai ada setitikpun keraguan
atas ALLAH. Percaya saja. Lakukan perintah-NYA. Sami’na wa atha’na. Percaya saja bahwa ALLAH akan memberikan
kemudahan kepada kita melalui tangan-tangan ajaib-NYA. Cara-cara ALLAH tentu
saja terlalu istimewa untuk dapat kita pikirkan bagaimana terjadinya. Oleh
karena itu, sami’na wa atha’na saja.
Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku yaaa. Sabar, tawakkal, ikhtiar tidak
boleh dilepaskan begitu saja.
Contohnya,
ada sebuah hadist sebagai berikut: “Dari Abu
Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: ‘Maukah kalian aku tunjukkan
sesuatu yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat kalian?’ Para sahabat
berkata, ‘Tentu wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda, ‘Menyempurnakan wudhu
di saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid, dan menunggu shalat
setelah shalat, itu yang namanya ribath (mencurahkan diri dalam ketaatan).”
Suatu
ketika seorang pengangguran mendengar hadist tersebut dan tergerak hatinya
untuk menjalankan apa yang ALLAH perintahkan dalam hadist tersebut, yaitu
melangkah ke masjid. Setiap hari ia berjalan ke masjid dan shalat berjamaah. Ia
tidak banyak berpikir bagaimana caranya ALLAH akan mengangkat derajatnya, ia
hanya percaya akan janji ALLAH. Suatu ketika salah satu jamaah masjid yang ia
datangi menawarkan pekerjaan kepadanya menjadi supir pribadi. Tak hanya sampai
disitu, ia juga dibiayai untuk sekolah akuntansi. Alhasil, beberapa tahun
kemudian si pengangguran itu bekerja di instansi pemerintah dan menjadi PNS.
Betapa ALLAH selalu menepati janji-NYA.
0 komentar:
Posting Komentar