Muhasabah
secara sederhana bisa dipahami sama dengan intropeksi, yaitu seseorang bertanya
kepada dirinya sendiri tentang perbuatan yang dia lakukan agar jiwa menjadi
tenang, dan memastikan secara gamblang apakah perbuatan yang dilakukan dalam
kehidupannya sesuai dengan perintah-perintah Allah Ta’ala.
Jadi
tidak sepatutnya jika seorang Muslim melewati hari-harinya tanpa melakukan
muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari
kelalaian, mulut terhindar dari mengucapkan keburukan dan perbuatan kita akan
terpelihara dari segala maksiat dan kemunkaran.
Dengan
demikian muhasabah perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu
Qayyim berkata, “Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan
setelah melakukan perbuatan.” Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar
Minhajul Qashidin.
Muhasabah
sebelum melakukan perbuatan seorang Muslim berhenti pada awal keinginan dan
kehendaknya serta tidak bersegera melakukan perbuatan sampai jelas statusnya. Setidaknya
ada tiga pertanyaan yang harus dijawab.
Pertama,
apakah perbuatan yang diiginkan mampu dilakukan atau tidak. Kedua, apakah
perbuatan itu sesuai syariat. Ketiga, apakah perbuatan itu akan dilakukan
ikhlas karena Allah.
Sementara
itu, untuk muhasabah setelah melakukan perbuatan dapat dicek melalui apakah
perbuatannya sesuai syariat dan apakah dilakukan ikhlas karena Allah. Meurut
Ibnu Qayyim muhasabah setelah melakukan perbuatan ini ada tiga macam.
Pertama,
muhasabah atas ketaatan yang diabaikan. Kedua, muhasabah atas
setiap perbuatan yang apabila ditinggalkan lebih baik daripada dilakukan. Ketiga,
muhasabah atas perbuatan yang mubah yang tidak dilakukannya.
Lebih
jauh Ibnu Qudamah berkata, “Seyogyanya bagi seorang Muslim itu menyisihkan
waktunya pada pagi hari dan sore hari untuk muhasabah diri. Dan ia
menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung
keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir penjualan.”
Dalam
awal Tahun Hijriyah, tepatnya 1436 H ini diharapkan setiap muslim/muslimah
dapat menambah kuantitas dan kualitas muhasabah diri. Karena bulan Muharram
termasuk dalam bulan haram yang dirahmati Allah. Mari kita penuhi satu tahun
yang penuh makna, mulai dari Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil
Awal, Jumadil Akhir, Ra’jab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqaidah, Dzulhijah,
sampai bertemu lagi dengan Muaharram di tahun selanjutnya.
Muhasabah
diri untuk melakukan perubahan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi lebih
baik lagi sebenarnya tak memerlukan momentum tertentu, namun diperlukan niat
dan kesadaran dari setiap individu.
Keuntungan Melakukan Muhasabah
Dengan
gemar, rutin dan terus-menerus melakukan muhasabah diri, maka kita akan
memperoleh banyak manfaat atau keuntungan.
Pertama,
mendorong diri sendiri semakin antusias dan konsisten melakukan amal-amal
sholeh, sehingga lahir kesadaran dan harapan akan kepada Allah hingga lahir
kekhusyuk’an dalam setiap ibadah.
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا
لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي
الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan
cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 90).
Kedua,
tidak akan pernah lupa apalagi memandang salah karunia dan nikmat-nikat Allah
yang telah dianugerahkan. Dengan kata lain akan memantik rasa syukur yang mendalam
atas segala karunia Allah Ta’ala.
Ketiga,
akan terhindar dari melakukan ghibah, fitnah dan namimah yang akan berakibat
pada hangusnya pahala dari amalan sholeh yang disusun selama hidup. Sebab,
orang yang bicaranya buruk adalah orang yang pasti tidak pernah me-muhasabah
dirinya sendiri, sehingga berlaku kata pepatah: “Semut di seberang jauh
kelihatan sedangkan gajah di depan mata tidak terlihat.”
Dengan
demikian merugilah Muslim yang menghabiskan umurnya tanpa muhasabah, sehingga
keras hatinya dan buruk perangainya. Padahal, hanya dengan muhasabah semata,
iman seorang Muslim akan terpelihara dan takwa menjadi nyata.
0 komentar:
Posting Komentar